Jumat, 10 Juli 2020

Siroh Nabawiyah / Kisah Rasulullah Bag. 17

Siroh Nabawiyah

*KISAH ROSULULLOH ﷺ*

*Bagian 17* 🤲🏻🕋🤲🏻

*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد*

*Percakapan Buhaira*

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia kembali mengulangi permintaannya, 

"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."

Salah seorang Quraisy berkata, 

"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."

Buhaira menggeleng-geleng kepala, 
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."

Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata, 

"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra Abdulloh bin Abdul Mutholib tidak ikut makan bersama kami." 

Setelah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dipanggil, Buhaira memeluknya dan mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain. Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat kenabian."

Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih, rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat perkemahan mereka untuk beristirahat. 
Namun, Buhaira tidak membiarkan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara. 

"Hai anak muda," panggil Buhaira, 

"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau harus menjawabnya."

Wajah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam tampak berubah dan ia menjawab, 

"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya."

Buhaira tersenyum dan  mengulangi permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu dengan menyebut nama Alloh dan engkau harus menjawab pertanyaanku."

Wajah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam berubah cerah dan ia mengangguk, 
"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

*Saran Buhaira kepada Abu Tholib*

Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam,  tentang tidur Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam, tentang postur tubuh Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam, dan banyak lagi hal lainnya. 
Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian, Buhaira melihat punggung Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dan mendapati tanda kenabian di antara kedua bahu Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam. Tanda kenabian itu seperti bekas orang berbekam.

Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Tholib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''

''Iya, dia anakku." Jawab Abu Tholib

Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas mempunyai ayah yang masih hidup"

Abu Tholib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk. 
"Kau benar.  Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"

Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi. 
"Apa yang dikerjakan ayahnya?"

"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada dalam kandungan ibunya "

"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh. 

"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi Alloh, jika mereka melihat padanya seperti apa yang aku lihat, mereka pasti akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"

Abu Tholib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Tholib segera membawa Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Tholib tidak pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.

*Bushra* (kota di mana Buhaira tinggal)

Jalur yang dilewati kafilah Abu Tholib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra. 
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan Badui pedalaman. 
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah. 
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih ke Utara.

Bersambung

-

Tidak ada komentar: