Siroh Nabawiyah
*اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*
*KISAH ROSULULLOH ﷺ*
*Bagian 25*🤲🏻🕋🤲🏻
*Rumah Tangga Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam*
Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rosululloh Sollallohu'Alaihi Wasallam amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rosululloh Sollallohu'Alaihi Wasallam tidak menyukai baju berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rosululloh Sollallohu'Alaihi Wasallam juga gemar memakai surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rosululloh Sollallohu'Alaihi Wasallam sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya sebagai anak.
*Zaid bin Haritsah*
Suatu hari, keponakan Khodijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khodijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang para perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan Rosululloh, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam amat menyayangi Zaid, Khodijah memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khodijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdulloh yang telah tiada. Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam segera memerdekakan Zaid. Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam.
Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam.
*Di kemudian hari*, Alloh melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha Adil Alloh Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?" demikian pikir Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"
Demikianlah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang tidak mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ketika, saat usia Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
Bersambung
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar