Senin, 03 Agustus 2020

Siroh Nabawiyah / Kisah Rasulullah Bag. 46

بسم الله الرحمن الرحيم

Siroh Nabawiyah

*KISAH ROSULULLOH ﷺ*

*Bagian 46*🤲🏻🕋🤲🏻

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمد

*Mengejek Al Qur'an*

أَذَٰلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Surah As-Saffat (37:62)

إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Surah As-Saffat (37:63)

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ

Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
Surah As-Saffat (37:64)

طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ

mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
Surah As-Saffat (37:65)

Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang makanan orang di neraka berupa buah zaqqum. 
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu santap. 

Kemudian, Alloh menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-Dukhan ayat 43 - 49 .

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ

Sesungguhnya pohon zaqqum itu,
Surah Ad-Dukhan (44:43)

طَعَامُ الْأَثِيمِ

makanan orang yang banyak berdosa.
Surah Ad-Dukhan (44:44)

كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ

(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,
Surah Ad-Dukhan (44:45)

كَغَلْيِ الْحَمِيمِ

seperti mendidihnya air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:46)

خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَىٰ سَوَاءِ الْجَحِيمِ

Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka.
Surah Ad-Dukhan (44:47)

ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ

Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:48)

ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ

Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.
Surah Ad-Dukhan (44:49)


*Abdulloh bin Ummi Maktum*

Seorang buta bernama Abdulloh bin Ummi Maktum bertanya, 
"Ada seseorang bernama Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam yang membawa ajaran baru?" Temannya mengiyakan.

"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?" tanya Abdulloh bin Ummi Maktum lagi.

"Benar"

"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"

"Betul, Abdulloh bin Ummi Maktum. Begitulah yang diajarkannya."

Abdulloh bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.

"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum, 
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan Latta dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa bertemu sendiri dengan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam!"

Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali, saat itu Rosululloh Sollallohu'Alaihi wasallam sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.

Akan tetapi, Abdulloh bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta, dia terus mendesak, mendesak dan mendesak Rosululloh Sollallohu'Alaihi wasallam agar saat itu juga menerangkan tentang Islam kepadanya. 

Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh penting, Rosululloh Sollallohu'Alaihi wasallam membuang wajah beliau.

Saat itu, firman Alloh turun untuk menegur beliau, 
(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
Surah 'Abasa (80:1)

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ

karena telah datang seorang buta kepadanya.
Surah 'Abasa (80:2)

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ

Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
Surah 'Abasa (80:3)

أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ

atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Surah 'Abasa (80:4)

أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ

Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
Surah 'Abasa (80:5)

فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ

maka kamu melayaninya.
Surah 'Abasa (80:6)

Demikianlah, Alloh sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu. Apalagi Rosululloh Sollallohu'Alaihi wasallam adalah orang yang sangat halus perasaanya sehingga jika akan merugikan orang miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.

*Karena Dengki*

Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena  lebih yakin dengan berhala, melainkan lebih *karena dengki,* mengapa Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi wasallam diangkat menjadi Nabi, bukan mereka? 

Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada  Muhammad bukan kepadaku, padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."

Bersambung

-

Tidak ada komentar: