Siroh nabawiyah
*KISAH ROSULULLOH*
*Bagian 14* 🤲🏻🕋🤲🏻
*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنامُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد*
*Bertemu Kakek dan Ibunda*
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy. Keduanya menyerahkan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam kepada Abdul Mutholib,
"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."
Alangkah lega dan gembiranya Abdul Mutholib.
"Cucuku!" katanya sambil mendekap Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam.
Abdul Mutholib memperhatikan cucunya dengan wajah berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi unta yang hebat?"
"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dan mendudukk annya di atas bahu.
"Kau kini telah menduduki untanya, Nak! Ha....ha....ha...."
"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi Ka'bah."
Abdul Mutholib membawa Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam berthawaf di Kabah. Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhan untuk cucunya itu dan mendoakannya.
"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul Mutholib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan di hati Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam ketika ia melepas Halimah As Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Nabii Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam. Jadilah orang besar seperti yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil beranjak pergi.
Sampai dewasa, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam tidak pernah memutuskan tali silaturahim dengan ibu susunya itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dilalui sebagai seorang gembala.
*Waraqah bin Naufal*
Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah
(kelak menjadi istri Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi hamba Alloh yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia bermurah hati terhadap orang orang miskin yang membutuhkan pertolongannya.
*Di Bawah Asuhan Kakek*
Sejak itu, Abdul Mutholib bertindak sebagai pengasuh cucunya. Ia mengasuh Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Mutholib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak beliau, paman-paman Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam, tidak ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam kecil yang montok itu duduk di atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau langsung memegang dan menahan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam agar tidak duduk di atas hamparan. Namun, ketika Abdul Mutholib datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Alloh, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."
Kemudian, Abdul Mutholib duduk di atas hamparan tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya punggung Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam penuh sayang. Abdul Mutholib bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdulloh, ayah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam. Sudah lama Aminah memendam keinginan untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan Abdulloh. Sesampainya di Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam benar-benar merasa dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah tercinta yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasululloh Sollallohu 'Alaihi Wasallama menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian meninggal di tempat itu.
"Ibu! Ibu!" panggil Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam kepada ibunya yang sudah wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat itu.
Pada usia enam tahun. Nabi Muhammad Sollallohu 'Alaihi Wasallam telah menjadi seorang anak yatim piatu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنامُحَمَّدٍ
وَ عَلَى آلِ سيدنامُحَمَّد
*) *Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah
Bersambung
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar