Siroh Nabawiyah
*اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*
*KISAH ROSULULLOH ﷺ*
*Bagian 21* 🤲🏻🕋🤲🏻
*Pembicaraan Abu Tholib*
Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria. Khodijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya, tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang, namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Tholib mendatangi Khodijah dan menawarkan kepadanya Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam, keponakannya yang baru berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu Tholib tahu bahwa Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam lebih dari sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khodijah pun telah mendengar nama Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam. Satu hal yang Khadijah yakin adalah kejujuran Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam. Bukankah orang Mekah menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa dipercaya". Maka, Khodijah menyetujui tawaran Abu Tholib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali lipat kepada Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh karena itu, Abu Tholib pulang dengan gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam menemui Khodijah yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk perdagangan. Otak Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khodijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya yang terpercaya, Maisaroh, untuk mendampingi Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam di perjalanan. Diantar Abu Tholib dan paman-pamannya yang lain, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam datang pada hari yang telah ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khodijah yang sedang menanti mereka dengan surat-surat perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka beristirahat pada siang hari karena perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam menempuh jalur yang pernah ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
*Imbalan untuk Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam*
Imbalan yang diberikan Khodijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Tholib minta empat ekor unta. Maka, Khodijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisaroh menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat menarik yang mereka lewati. Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah pengalaman pertama. Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam sama sekali tidak bingung dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam mengambil keputusan, pikirannya yang tajam, serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah didapatkan Khodijah sebelum itu.
Setelah itu, Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam membeli barang-barang berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu, Maisaroh melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir. Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisaroh. Ia tidak menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat manusia.
Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam juga amat heran melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-masing dari mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-pikiran seperti ini membuat mata Nabi Muhammad Sollallohu'Alaihi Wasallam selalu terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas. Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, khutbah Jum'at Rosululloh Sollallohu'Alaihi Wasallam hampir terganggu, karena saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah semua orang pada saat itu.
Bersambung
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar